Dari Helikopter Hingga Kapal Siluman Helikopter SAR Tempur TNI AU [Kompas] ★
Produk-produk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) strategis kini mulai banyak ditemui, mulai dari helikopter sampai kapal siluman. Produksi karya anak bangsa ini sempat vakum beberapa tahun lalu.
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN, Harry Fajar Sampurno, bercerita soal pentingnya produk strategis BUMN.
"Hampir 60-70% kontribusi industri dari BUMN, manufaktur itu hampir seluruhnya BUMN, di luar kita kayanya belum ada. Bikin kapal 120 galangan, yang 4 besar adalah BUMN, sisanya di Batam. Pesawat terbang satu-satunya, dan industri pertahan dan lain-lain," katanya saat berbicang santai di Kementerian BUMN, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (11/4/2017).
Menurutnya, banyak yang tidak tahu besarnya peran BUMN di industri nasional. Supaya makin banyak memberikan kontribusi, BUMN akan didorong untuk bersinergi dengan Kementerian Perindustrian.
Tahun 2016, sudah ada perbaikan, kapal-kapal pesanan Kementerian Pertahanan yang mangkrak, ini mulai di-deliver tahun 2016. "Di DKB (Dok Kodja Bahari) dulu itu demo terus, akhirnya direksi kita ganti, yang baru pelan-pelan berhasil," jelasnya.
"Yang membanggakan Di 2016, PT PAL mulai bangkit dengan ekspor kapal perang terbesar, ada dua, satu tahun lalu, kemudian tahun ini itu yang untuk Filipina. Lalu satu lagi kapal dengan teknologi yang canggih dengan teknologi hantu, jadi dia tidak terdeteksi radar, itu namanya Perusak Kawal Rudal (PKR), yang kemarin Jumat diserahkan dari Kemhan ke Angkatan Laut, bulan lalu diserahkan dari PT PAL ke Kemnhan," ujarnya.
Kemudian PT Dirgantara Indonesia (PTDI), kata Harry, di tahun yang sama mulai ekspor ke Filipina, Thailand, Senegal, Malaysia, Turki. Ada juga helikopter baru untuk TNI AU, dan untuk Basarnas.
"Sayangnya semuanya tidak semulus yang kita kira, kita ada permasalahan seperti PT PAL masalah dengan KPK. Kedua Hubungan PTDI dengan TNI AU juga belum bagus, ekspor keluar negeri sudah banyak, yang dalam negeri belum terpakai, masih ada beberapa yang berhenti," katanya.
Ia mengatakan, sejak PTDI ambruk di 1998, pemerintah sama sekali tidak boleh membantu. Sampai 2006 produsen pesawat terbang itu mulai bangkit.
"Kemudian 2006 restrukturisasi dimulai, seperti SDM, keuangan, produksi dan operasional. Untuk keuangan, di BUMN kan ada utang yang di-convert ke equity, PMN dan semua dijalani," ungkapnya. (ang/ang)
Produk-produk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) strategis kini mulai banyak ditemui, mulai dari helikopter sampai kapal siluman. Produksi karya anak bangsa ini sempat vakum beberapa tahun lalu.
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN, Harry Fajar Sampurno, bercerita soal pentingnya produk strategis BUMN.
"Hampir 60-70% kontribusi industri dari BUMN, manufaktur itu hampir seluruhnya BUMN, di luar kita kayanya belum ada. Bikin kapal 120 galangan, yang 4 besar adalah BUMN, sisanya di Batam. Pesawat terbang satu-satunya, dan industri pertahan dan lain-lain," katanya saat berbicang santai di Kementerian BUMN, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (11/4/2017).
Menurutnya, banyak yang tidak tahu besarnya peran BUMN di industri nasional. Supaya makin banyak memberikan kontribusi, BUMN akan didorong untuk bersinergi dengan Kementerian Perindustrian.
Tahun 2016, sudah ada perbaikan, kapal-kapal pesanan Kementerian Pertahanan yang mangkrak, ini mulai di-deliver tahun 2016. "Di DKB (Dok Kodja Bahari) dulu itu demo terus, akhirnya direksi kita ganti, yang baru pelan-pelan berhasil," jelasnya.
"Yang membanggakan Di 2016, PT PAL mulai bangkit dengan ekspor kapal perang terbesar, ada dua, satu tahun lalu, kemudian tahun ini itu yang untuk Filipina. Lalu satu lagi kapal dengan teknologi yang canggih dengan teknologi hantu, jadi dia tidak terdeteksi radar, itu namanya Perusak Kawal Rudal (PKR), yang kemarin Jumat diserahkan dari Kemhan ke Angkatan Laut, bulan lalu diserahkan dari PT PAL ke Kemnhan," ujarnya.
Kemudian PT Dirgantara Indonesia (PTDI), kata Harry, di tahun yang sama mulai ekspor ke Filipina, Thailand, Senegal, Malaysia, Turki. Ada juga helikopter baru untuk TNI AU, dan untuk Basarnas.
"Sayangnya semuanya tidak semulus yang kita kira, kita ada permasalahan seperti PT PAL masalah dengan KPK. Kedua Hubungan PTDI dengan TNI AU juga belum bagus, ekspor keluar negeri sudah banyak, yang dalam negeri belum terpakai, masih ada beberapa yang berhenti," katanya.
Ia mengatakan, sejak PTDI ambruk di 1998, pemerintah sama sekali tidak boleh membantu. Sampai 2006 produsen pesawat terbang itu mulai bangkit.
"Kemudian 2006 restrukturisasi dimulai, seperti SDM, keuangan, produksi dan operasional. Untuk keuangan, di BUMN kan ada utang yang di-convert ke equity, PMN dan semua dijalani," ungkapnya. (ang/ang)
★ detik
No comments:
Post a Comment