✈ Ilustrasi N219 Amfibi [PTDI]
Indonesia memiliki pasar dan peluang yang sangat besar dalam industri aeronautika. Hal tersebut disampaikan Kepala LAPAN, Prof. Dr. Thomas Djamaluddin saat memberikan sambutan Focus Group Discussion (FGD) bertemakan Kesiapan Komunitas Dirgantara Indonesia (Industri, MRO, IAEC, INACOM, Regulator) dari Teknis, Project Management dan Bisnis dalam Menyambut Program Strategis Nasional.
Kegiatan berlangsung di Auditorium Balai Pertemuan Dirgantara Kantor Pusat LAPAN, Jakarta, Kamis (04/05). Acara ini bertujuan untuk mengkaji pesawat N219 varian amfibi.
Thomas juga menjelaskan program prioritas nasional dan proyek strategis nasional bisa selaras. Hal tersebut dapat memacu dan mendorong cita-cita dalam industri penerbangan yang maju mandiri. N219 diharapkan bisa mendarat di pulau kecil dan perairan.
Hal ini sesuai harapan Presiden Joko Widodo agar selanjutnya dikembangkan pesawat kelas menengah dengan payload 30 sampai 60 orang. Keinginan itu pernah disampaikannya saat meninjau proyek N219. Ada cita-cita dan komitmen kuat, sehingga dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) telah dicantumkan program N219, N245, N270.
Ditjen Penguatan Inovasi RistekDikti, Jumain Appe mengatakan, N219 merupakan kebangkitan penerbangan nasional yang kedua setelah Indonesia berhasil menerbangkan pesawat buatan bangsa N-250 Gatotkaca. Karena, secara spesifik negara indonesia yang terdiri dari kepulauan memerlukan dukungan nasional dalam transportasi penerbangan. Tipe daerahnya dengan jarak pendek yang membutuhkan konektivitas agar terwujud perekonomian yang merata. N219 sangat tepat, industri komponen nasional perlu dikembangkan untuk mendukung pembuatan N219.
Berdirinya Indonesia Aeronautics Engineering Centre (IAEC) sangat penting dalam mendorong industri penerbangan secara penuh. Material yang dibuat oleh industri komponen dalam negeri harus dikembangkan untuk menyokong proyek penerbangan. Sementara itu, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan menerangkan, “Kita harus mampu membuat komponen dalam negeri. Meningkatkan konten lokal akan menjadikan kemandirian dalam penguasaan teknologi penerbangan pada khususnya.”
LAPAN menginisiasi kegiatan ini karena kerja sama dengan IEAC sangat diperlukan untuk mendorong industri dalam negeri. Langkah ini untuk menjadikan bangsa ini mandiri dalam bidang teknologi penerbangan dan antariksa. Diskusi sehari ini selain membahas mengenai N219-A (Amfibi), juga dikaji kelayakan pengembangannya. Rencana pengembangan N219 dikupas mulai dari aspek teknis, project management, dan bisnis.
Indonesia memiliki pasar dan peluang yang sangat besar dalam industri aeronautika. Hal tersebut disampaikan Kepala LAPAN, Prof. Dr. Thomas Djamaluddin saat memberikan sambutan Focus Group Discussion (FGD) bertemakan Kesiapan Komunitas Dirgantara Indonesia (Industri, MRO, IAEC, INACOM, Regulator) dari Teknis, Project Management dan Bisnis dalam Menyambut Program Strategis Nasional.
Kegiatan berlangsung di Auditorium Balai Pertemuan Dirgantara Kantor Pusat LAPAN, Jakarta, Kamis (04/05). Acara ini bertujuan untuk mengkaji pesawat N219 varian amfibi.
Thomas juga menjelaskan program prioritas nasional dan proyek strategis nasional bisa selaras. Hal tersebut dapat memacu dan mendorong cita-cita dalam industri penerbangan yang maju mandiri. N219 diharapkan bisa mendarat di pulau kecil dan perairan.
Hal ini sesuai harapan Presiden Joko Widodo agar selanjutnya dikembangkan pesawat kelas menengah dengan payload 30 sampai 60 orang. Keinginan itu pernah disampaikannya saat meninjau proyek N219. Ada cita-cita dan komitmen kuat, sehingga dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) telah dicantumkan program N219, N245, N270.
Ditjen Penguatan Inovasi RistekDikti, Jumain Appe mengatakan, N219 merupakan kebangkitan penerbangan nasional yang kedua setelah Indonesia berhasil menerbangkan pesawat buatan bangsa N-250 Gatotkaca. Karena, secara spesifik negara indonesia yang terdiri dari kepulauan memerlukan dukungan nasional dalam transportasi penerbangan. Tipe daerahnya dengan jarak pendek yang membutuhkan konektivitas agar terwujud perekonomian yang merata. N219 sangat tepat, industri komponen nasional perlu dikembangkan untuk mendukung pembuatan N219.
Berdirinya Indonesia Aeronautics Engineering Centre (IAEC) sangat penting dalam mendorong industri penerbangan secara penuh. Material yang dibuat oleh industri komponen dalam negeri harus dikembangkan untuk menyokong proyek penerbangan. Sementara itu, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan menerangkan, “Kita harus mampu membuat komponen dalam negeri. Meningkatkan konten lokal akan menjadikan kemandirian dalam penguasaan teknologi penerbangan pada khususnya.”
LAPAN menginisiasi kegiatan ini karena kerja sama dengan IEAC sangat diperlukan untuk mendorong industri dalam negeri. Langkah ini untuk menjadikan bangsa ini mandiri dalam bidang teknologi penerbangan dan antariksa. Diskusi sehari ini selain membahas mengenai N219-A (Amfibi), juga dikaji kelayakan pengembangannya. Rencana pengembangan N219 dikupas mulai dari aspek teknis, project management, dan bisnis.
No comments:
Post a Comment